Senin, 01 Februari 2010

Ketegaran hati seorang Ayu I Damayanti

Perjalanan kami berempat ke Purwokerto membawa misi yang cukup rumit. Inilah kisahnya :
Adalah sepasang suami istri: Ayu dan Ino, dua-duanya sekilas nampak seperti kakak beradik. Kulitnya sama-sama kuining langsat. Yang laki Ganteng yang perempuan anggun keibuan. Alkisah sepuluh tahun yang lalu mereka menjalin ikatan kasih yang dituangkan diatas kertas yang berlabel akta nikah. Didepan penghulu keduanya bersaksi untuk bersama akan membina rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warrohmah. Singkat cerita setahun kemudian, Ayu hamil, namun dia mengalami keguguran akibat kandungan yang lemah. Atas sarand ari seorang bidan, mereka dianjurkan untuk menunda dulu keinginannya memiliki seorang putra barang 2 atau 3 tahun. Berawal dari itulah akhirnya mereka memutuskan untuk bersama-sama berangkat ke luar negeri. Harapannya agar kelak secara materi dapat tercukupi.
Lima tahun di negri orang, habislah kontrak kerja Ayu, sedangkan Ino masih memiliki kontrak kerja setahun lagi. Ayu akhirnya berpamitan ke pada Ino suaminya untuk pulang terlebih dulu, dan Ino pun merestui dengan doa agar sang istri selamat sampai ke Tanah air.
Setahun pun berlalu dengan cepat, Ino akhirnya tiba di Tanah air, disambut dengan pelukan kebahagian oleh Ayu. Mereka pun akhirnya bersama-sama untuk sowan ke orang tua Ino untuk sungkem. Sesampai disana Ayu berniat pulang ke Banyuwangi, sementara Ino tetap tinggal di Purwokerto untuk sementara, itu juga tas saran Ino. Belum sempat nginap 2 hari di Banyuwangi, tiba-tiba Ayu mendapat berita bahwa Ino telah menghamili seorang perempuan dari Cilacap dan 3 hari lagi akan melangsungkan pernikahan.Tiada hujan tiada petir, tiba-tiba ada berita yang cukup mengejutkan Ayu..............(.bersambung.....)